Jumat, 13 Maret 2009

Sumber Air Bagi Kehidupan Yang Tercemar

Bumi merupakan tempat makhluk hidup tinggal. Bumi memiliki komponen-komponen yang melengkapinya sehingga makhluk hidup dapat tinggal yaitu komponen tanah, air dan udara. Salah satu yang berperan penting dalam kehidupan untuk aktivitas makhluk hidup yaitu air. Kita menyadari, tanpa air maka tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Dari hal terkecil sampai yang terbesar, selalu berkaitan dengan penggunaan air karena air menjadi prioritas utama. Air dan sumber air digunakan untuk kegiatan rumah tangga (memasak, mandi, mencuci, dll); kegiatan industri (industri pabrik, batu-bara,dll); dan juga kegiatan pertanian.

Apabila ditinjau dari pembagian air, maka 97,2% berupa air laut dan 2,51% berupa air tawar. Dalam siklus hidrologi, jumlah air yang ada di bumi ini tetap walaupun air tersebut melakukan siklus perputaran air secara terus menerus. Apabila terjadi pencemaran, maka jumlah air dan sumber air yang dapat dikonsumsi akan berkurang keberadaannya akibat pencemaran air yang terjadi.

Kini kualitas air dan sumber air menjadi tercemar akibat kegiatan yang dilakukan manusia. Jika kita melihat sumber pencemar air terbesar, maka sumber pencemar meliputi:

  • Limbah domestik

Dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan manusia itu sendiri seperti kegiatan rumah tangga (mandi, mencuci, memasak, dll). Limbah yang dihasilkan berupa limbah deterjen, limbah dari septic tank, sampah organik dan non organik.

  • Limbah industri (kecil, menengah, besar)

Dapat dilihat dari kegiatan industri yang dilakukan, industri kecil seperti usaha pembuatan tahu yang menghasilkan limbah tahu, industri menengah seperti usaha industri pengolahan kulit sapi, dan industri besar pada batu-bara. Kebanyakan untuk industri kecil dan menengah tidak memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang memenuhi standar dengan kata lain pabrik industri yang ada banyak, tapi untuk pengolahan air limbahnya sedikit. Sedangkan untuk industri bertaraf besar memang diharuskan memiliki IPAL yang memenuhi standar mutu baku lingkungan yang ditetapkan pemerintah daerah setempat. Namun ada saja masalah dalam hal kedisiplinan industri besar dalam membuang limbah yang dihasilkannya.

  • Limbah pertanian

Limbah ini berupa penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan atau melebihi dosis yang ditentukan sehingga keberadaannya terakumulasi di tanah. Maka lambat laun akan sampai juga zat pencemar masuk ke dalam air tanah dan akan lebih berbahaya lagi jika air tanah tersebut digunakan untuk sumber air bagi manusia.

Air tanah, memang banyak sekali jenis zat pencemar dapat masuk ke dalam air tanah. Keberadaan air tanah sendiri hanya 0,61% dari semua air tawar yang ada di bumi sedangkan kita tahu, bahwa air tanah merupakan sumber air bersih yang dapat dikonsumsi makhluk hidup terutama manusia. Sehingga sungguh merugikan apabila terjadi pencemaran pada air tanah tersebut.

Proses zat pencemar masuk dalam air tanah yaitu, dengan setetes zat pencemar yang jatuh ke atas tanah akan mengalami berbagai fenomena. Fenomena tersebut antara lain pergerakan akibat gaya tarik bumi, gaya fisik seperti tegangan permukaan, reksi antara zat tersebut dengan tanah dan pengaruh aliran air tanah yang ada. Gabungan fenomena tersebut menyebabkan menyebabkan terjadinya gerakan/ transportasi zat pencemar dan transformasi kontaminan pencemar. Petama-tama zat pencemar yang sudah mengenai tanah, maka dengan bantuan air hujan dapat masuk ke dalam lapisan air tanah mengalir megikuti aliran air hujan masuk kedalam celah-celah didalam tanah atau pori-pori dalam tanah yang disebut dengan zona tak jenuh (zone of aeration) dimana ruang antara ini sebagian terisi air dan sebagian terisi udara. Disini zat pencemar akan melewati lintasan dan tekstur tanh yang berbeda-beda. Lintasan dapat berupa glanural, platy, prismatic atau sub-angular blocky dan tekstur tanah dapat berupa sand (macropores), silt, atau clay (micropores) yang apabila telah melewati lintasan tersebut maka sampailah zat pencemar pada zona jenuh (zone of saturation) yang seluruhnya terisi air dan tidak ada udara didalamnya. Air di dalam zona jenuh inilah yang secara teknik disebut air tanah. Dan secara alamiah, proses ini terjadi didalam ground water flow. Selain itu, air sungai dan air danau dapat juga menjadi air tanah melalui proses yang telah dijelaskan. Permasalahan intrusi air laut atau masuknya air laut ke dalam air tanah terjadi akibat air tanah yang diambil manusia telah membuat kekosongan pada cekungan air tanah sedangkan air laut juga dipengaruhi oleh permeabilitas tanah sehingga masuk ke dalam air tanah dan menyebabkan tercemarnya air tanah.

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya akumulasi kedua senyawa tersebut di dalam air tanah adalah:

  1. Siklus Hidrologi

Semakin besar presipitasi terjadi semakin besar pula daya infiltrasinya, maka akan semakin banyak pula konsentrasi senyawa kontaminan yang masuk ke dalam air tanah. Biasanya zat pencemar masuk dibantu dengan adanya air hujan.

  1. Ukuran pori tanah

Variasi ukuran pori tanah menyebabkan aliran lebih cepat mengalir dalam pori yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan antar pori rata-rata.

  1. Porositas dan permeabilitas tanah

Merupakan faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya air yang mengandung zat pencemar yang masuk kedalam air tanah.

  1. Lintasan yang harus dilewati

Lintasan yang dilalui zat pencemar melalui bantuan air hujan masuk ke dalam air tanah juga tidak sama, karena harus melalui lintasan yang panjang. Lintasan dapat berupa glanural, platy, prismatic dan sub-angular blocky.

  1. Tekstur tanah

Selain lapisan tanah yang beda, tekstur di dalam tanah juga beda. Ada tekstur tanah berupa: sand (macropores atau celah antara sand satu dengan yang sand lain menghasilkan pori-pori yang besar), silt dan clay (micropores)

Seperti yang diketahui, diperkotaan air yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah air tanah dan air permukaan. Pencemaran air tanah dapat terjadi akibat aktivitas manusia seperti penempatan septic tank atau letak kawasan industri atau daerah pertanian yang dekat dengan sumber air tanah. Ini akan lebih membahayakan lagi apabila sumber air tanah tadi dijadikan atau di konsumsi oleh manusia. Karena kemungkina besar, air tanah tersebut sudah terkontaminasi zat pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia bahkan parahnya lagi terjadi kelangkaan sumber air bersih. Karena terjadi kelangkaan air bersih , maka air bersih akan menjadi barang yang berharga yang diperjualbelikan.

Salah satu cara untuk mencegah pencemaran air yaitu:

  1. Berhemat dalam penggunaan air;

  2. Memisahkan sampah organik dan non organik;

  3. Menghemat penggunaan deterjen;

  4. Membuat septic tank komunal;

  5. Pengolahan limbah cair dengan Teknologi Chrome Recovery sepert yang terdapat di Desa Sukaregeng Garut, Jawa Barat yang memanfaatkan limbah cair dengan pengolahan skala kecil.

  6. Untuk industri skala besar, wajib memiliki teknologi yang dapat memproses limbah B3 tanpa memandang beban operasional yang harus dikeluarkan.

Selasa, 10 Maret 2009

NPV (Nucleopolyhedrovirus)

1.Peran Virus NPV Dalam Lingkungan

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan bioteknologi di bidang pertanian, maka saat ini penggunaan insektisida kimia mulai dikurangi penggunaannya dan digantikan dengan penggunaan bio-insektisida yang ramah lingkungan. Petani pada umumnya menggunakan insektisida kimia yang intensif (yaitu penggunaan frekuensi dan dosis tinggi). Hal ini mengakibatkan timbulnya dampak negatif seperti :gejala resistensi, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna. Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranya dengan memanfaatkan musuh alami. Usaha pengendalian S. Litura (ulat grayak) sejalan dengan perkembangan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) lebih diarahkan pada usaha-usaha pengendalian yang tidak membahayakan lingkungan dan manusia. Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus yang dapat menjadi patogen bagi S. Litura.

2.Morfologi

Secara morfologi, NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan bereplikasi di dalam inti sel (nukleus). Virus ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (EM), imunoelektron microscopy (pewarnaan negatif), elektron cryomicroscopy, dan x-ray cristalography.. NPV memiliki badan inklusi berbentuk polihedral yang merupakan kristal protein pembungkus virion dengan diameter 0.2 – 20 mm. Kristal protein ini disebut dengan protein polihedrin yang berukuran kurang lebih 29.000 sampai 31.000 Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung infektifitas partikel virus dan menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari degradasi akibat sinar ultra violet matahari.(Samsudin,2008)

3.Fisiologi

Di alam, NPV biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dan tanah. Manakala termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk ke dalam saluran pencernaan yang memiliki pH tinggi (> 10), maka polihedra akan pecah melepaskan virion infektif. Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang Virion yang terlepas dari matrik protein (pembungkus) akan memulai infeksi ke dalam sel-sel saluran pencernaan ulat yang kemudian DNA akan mengadakan reflikasi di inti sel.

5. Ekologi

Umumnya NPV ditularkan melalui kontaminasi pada makanan larva misalnya saja daun tersebut termakan oleh larva lain. NPV juga terdapat pada larva dewasa jika larva terserang NPV. Penularan NPV juga dapat terjadi secara transovarial, artinya induk yang terinfeksi NPV dapat menghasilkan telur yang terkontaminasi NPV (Laoh dkk,2003).

Proses infeksi SlNPV atau SeNPV dimulai dari tertelannya polihedra (berisi virus) bersama pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis, polihedra larut sehingga membebaskan virus (virion). Selanjutnya virus menginfeksi sel-sel yang rentan. Dalam waktu 1 – 2 hari setelah polihedra tertelan, ulat yang terinfeksi akan mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Secara morfologis, hemolimfa ulat yang semula jernih berubah keruh dan secara fisiologis, ulat tampak berminyak dan perubahan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama bagian perut. Sedangkan secara perilaku, ulat cenderung merayap ke pucuk tanaman, yang kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman. Permukaan kulit ulat akan mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap pada awal terinfeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh, tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental berbau seperti nanah yang berisi partikel virus. Ulat mati dalam waktu 3 – 7 hari setelah polihedra VIR (berisi virus) tertelan. Sebelum mati ulat masih dapat merusak tanaman, namun kerusakan yang diakibatkan ulat yang sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari ulat grayak sampai 84 %.

6. Taksonomi

NPV merupakan virus patogen yang berasal dari golongan Baculovirus dan kini telah ditemukan pada 523 spesies serangga yang termasuk golongan Lepidoptera, Hynenoptera dan Diptera. Sebagian besar NPV bersifat spesifik inang, yaitu hanya dapat menginfeksi dan mematikan spesies inang alaminya. Sehingga pada mulanya secara taksonomi penamaan NPV disesuaikan dengan nama inang asli dimana dia pertama kali diisolasi sebagai contoh NPV yang menginfeksi ulat Spodoptera litura dinamai Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) dan yang menginfeksi ulat Spodoptera exigua dinamai Spodoptera exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV). Dalam penamaan oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus), NPV memiliki taksonomi yaitu:

Ordo: Baculovirales

Famili: Baculoviridae

Genus: Baculovirus

Spesies: Nucleopolyhedrovirus

Sinar ultra violet matahari penyebab utama menurunnya efektivitas NPV di lapangan. Selain itu NPV juga peka terhadap suhu. Pada suhu 400C efektivitasnya masih stabil, tetapi dengan meningkatnya suhu efektivitasnya cepat berkurang. Untuk mengurangi kepekaan terhadap sinar matahari, maka virus ini diberi bahan pelindung berupa talk dan molase. Persistensi/ketahanan NPV di lapangan setelah disemprotkan, mampu bertahan sampai dengan 7 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Samsudin.2008.Virus Patogen Serangga: Bio-insektisida Ramah Lingkungan. http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=19. Diakses tanggal 6 Maret 2009.

Laoh,j Hennie dkk.2003.Kerentanan Larva Spodoptera litura F. Terhadap Virus NuklearPolyhedrosis.http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol5(2)/Henni.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2009.

A Wiki Media Project.2009. Virus menurut Wikipedia Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Diakses tanggal 8 Maret 2009.

 
template by suckmylolly.com flower brushes by gvalkyrie.deviantart.com