Selasa, 10 Maret 2009

NPV (Nucleopolyhedrovirus)

1.Peran Virus NPV Dalam Lingkungan

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan bioteknologi di bidang pertanian, maka saat ini penggunaan insektisida kimia mulai dikurangi penggunaannya dan digantikan dengan penggunaan bio-insektisida yang ramah lingkungan. Petani pada umumnya menggunakan insektisida kimia yang intensif (yaitu penggunaan frekuensi dan dosis tinggi). Hal ini mengakibatkan timbulnya dampak negatif seperti :gejala resistensi, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna. Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranya dengan memanfaatkan musuh alami. Usaha pengendalian S. Litura (ulat grayak) sejalan dengan perkembangan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) lebih diarahkan pada usaha-usaha pengendalian yang tidak membahayakan lingkungan dan manusia. Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus yang dapat menjadi patogen bagi S. Litura.

2.Morfologi

Secara morfologi, NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan bereplikasi di dalam inti sel (nukleus). Virus ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (EM), imunoelektron microscopy (pewarnaan negatif), elektron cryomicroscopy, dan x-ray cristalography.. NPV memiliki badan inklusi berbentuk polihedral yang merupakan kristal protein pembungkus virion dengan diameter 0.2 – 20 mm. Kristal protein ini disebut dengan protein polihedrin yang berukuran kurang lebih 29.000 sampai 31.000 Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung infektifitas partikel virus dan menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari degradasi akibat sinar ultra violet matahari.(Samsudin,2008)

3.Fisiologi

Di alam, NPV biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dan tanah. Manakala termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk ke dalam saluran pencernaan yang memiliki pH tinggi (> 10), maka polihedra akan pecah melepaskan virion infektif. Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang Virion yang terlepas dari matrik protein (pembungkus) akan memulai infeksi ke dalam sel-sel saluran pencernaan ulat yang kemudian DNA akan mengadakan reflikasi di inti sel.

5. Ekologi

Umumnya NPV ditularkan melalui kontaminasi pada makanan larva misalnya saja daun tersebut termakan oleh larva lain. NPV juga terdapat pada larva dewasa jika larva terserang NPV. Penularan NPV juga dapat terjadi secara transovarial, artinya induk yang terinfeksi NPV dapat menghasilkan telur yang terkontaminasi NPV (Laoh dkk,2003).

Proses infeksi SlNPV atau SeNPV dimulai dari tertelannya polihedra (berisi virus) bersama pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis, polihedra larut sehingga membebaskan virus (virion). Selanjutnya virus menginfeksi sel-sel yang rentan. Dalam waktu 1 – 2 hari setelah polihedra tertelan, ulat yang terinfeksi akan mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Secara morfologis, hemolimfa ulat yang semula jernih berubah keruh dan secara fisiologis, ulat tampak berminyak dan perubahan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama bagian perut. Sedangkan secara perilaku, ulat cenderung merayap ke pucuk tanaman, yang kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman. Permukaan kulit ulat akan mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap pada awal terinfeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh, tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental berbau seperti nanah yang berisi partikel virus. Ulat mati dalam waktu 3 – 7 hari setelah polihedra VIR (berisi virus) tertelan. Sebelum mati ulat masih dapat merusak tanaman, namun kerusakan yang diakibatkan ulat yang sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari ulat grayak sampai 84 %.

6. Taksonomi

NPV merupakan virus patogen yang berasal dari golongan Baculovirus dan kini telah ditemukan pada 523 spesies serangga yang termasuk golongan Lepidoptera, Hynenoptera dan Diptera. Sebagian besar NPV bersifat spesifik inang, yaitu hanya dapat menginfeksi dan mematikan spesies inang alaminya. Sehingga pada mulanya secara taksonomi penamaan NPV disesuaikan dengan nama inang asli dimana dia pertama kali diisolasi sebagai contoh NPV yang menginfeksi ulat Spodoptera litura dinamai Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) dan yang menginfeksi ulat Spodoptera exigua dinamai Spodoptera exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV). Dalam penamaan oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus), NPV memiliki taksonomi yaitu:

Ordo: Baculovirales

Famili: Baculoviridae

Genus: Baculovirus

Spesies: Nucleopolyhedrovirus

Sinar ultra violet matahari penyebab utama menurunnya efektivitas NPV di lapangan. Selain itu NPV juga peka terhadap suhu. Pada suhu 400C efektivitasnya masih stabil, tetapi dengan meningkatnya suhu efektivitasnya cepat berkurang. Untuk mengurangi kepekaan terhadap sinar matahari, maka virus ini diberi bahan pelindung berupa talk dan molase. Persistensi/ketahanan NPV di lapangan setelah disemprotkan, mampu bertahan sampai dengan 7 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Samsudin.2008.Virus Patogen Serangga: Bio-insektisida Ramah Lingkungan. http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=19. Diakses tanggal 6 Maret 2009.

Laoh,j Hennie dkk.2003.Kerentanan Larva Spodoptera litura F. Terhadap Virus NuklearPolyhedrosis.http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol5(2)/Henni.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2009.

A Wiki Media Project.2009. Virus menurut Wikipedia Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Diakses tanggal 8 Maret 2009.

0 komentar:

 
template by suckmylolly.com flower brushes by gvalkyrie.deviantart.com